Selasa, 13 Maret 2012

PERINTAH JIHAD


A.    PERINTAH JIHAD
a.      Ayat
  Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”
b.     Asbabun Nuzul
Ayat ke-38 diturunkan sesudah terbukanya kota Mekkah, ketika kaum Muslimin mendapat perintah mengadakan perperangan Tabuk. Ketika musim panas. Sedang buah-buahan sudah hampir masak, sehingga merangsang mereka untuk berteduh sambil duduk-duduk dibawah pohon sambil menikmati buah-buahan. Karena itu, mereka enggan mengikuti perang menyerang kota Tabuk. Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-41. Secara tegas Allah SWT memerintahkan kepada mereka agar segera melaksanakan perintah sekalipun dengan perasaan ringan maupun berat. Karena itu merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar lagi.
Ayat ke 38-40 diturunkan sebagai peringatan bagi mereka yang lebih senang duduk-duduk enggan berjihad. Kenikmatan yang mereka peroleh masih sangat kecil manakala dibandingkan dengan kehidupan akhirat nanti. (HR. Ibnu Jarir dari Mujahid )[1].

c.       Tafsir
Dari mulai ayat 38 ini, sampai akir surat, adalah pembicaraan disekitar perang Tabuk. Tiga pihak musuh  yang dihadapi Islam: pertama kaum musrikin yang berpusat di mekkah. Maka dengan menaklukan mekkah dan kemenangan di Hunaian, perlawanan besar-besaran dari pihak musrikin boleh dikatakan sudah berhenti.
Pihak kedua ialah Yahudi. Dengan pengusiran bani Nadhir, dan penumpasan habis-habisan atas bani Quraizhah dan penaklukan benteng mereka di khaibar, perlawanan yahudi pun tidak ada lagi. Tetapi Rasulullah masih wajib menghadapi pihakn yang ketiga, yaitu bangsa rum yang menguasai tanah arab sebelah Utara (Syam) yang diikuti oleh bangsa Arab sendiri yang telah memeluk agama Nasarani, yaitu agama yang dipeluk penjajah mereka. Orang Rum dan orang arab sendiri yang telah memeluk agama orang rum itu, yaitu agama Nasarani, dipandang sebagai ahli kitab, pada mulanya Rasulullah s.a.w. ingin membentuk pertetanggaan yang baik dengan pihak kerajaan yang besar itu. Beliau pernah mengirim surat dan utusan supaya mereka memeluk Islam.
Kekuasan bangsa rum tidaklah senang atas timbulnya kekuatan baru ditanah Arab ini. Suatu agama yang mengajarkan bahwa Allah hanya satu, tidak beranak dan diperanakan. Suatu agama yang mangajarkan bahwa dosa Adama tidak diwariskan kepada anak cucunya, dan tidaklah Al masih dikirim Allah ke dunia untuk menebus dosa manusia. Suatu agama yang menolak segala ajaran yang memandang manusia  sebagai Tuhan dan anak Tuhan.
Oleh sebab itu sejak tahun keempat dari hijrah Nabi s.a.w ke Madinah, menyuruh penduduk Madinah selalu was-was dan memperbanyak ronda. Kemungkinan Madinah akan dihancurkan  sudah menjadi pendapat umum, di Madinah pada waktu itu.
Maka sehabis penaklukan Makkah dan enam bulan setelah penduduk Thaif mengaku tunduk memeluk Islam, sampailah berita yang dibawa oleh ssaudagar-saudagar yang pulang balik antara madinah dan Syam bahwa tentara Rum telah mengerahkan suatu tentara yang besar akan menyerang Madinah. Kabilah-kabilah Lakham dan Juzam dan kabilah-kabilah arab yang telah memeluk agama Nasarani menggabung pula kedalam tentara beasar itu. Mereka berkumpul di negeri Sulaqa’. Demikianlah berita yang diterima menurut riwayat Ibnu Sa’ad.
Setelah mendengar berita-berita yang demikian dan disesuaikan kebenarannya dengan berita yang lain, maka Rasulullah s.a.w memandang bahwa sebelum tentara musuh itu sampai menunjuka tujuannya kemadinah, hendaklah didahului.
Tetapi peperangan yang akan dihadapi ini dirasai sendiri memang suatu peperangan besar. Sedang kala itu keadaan amat sukar. Yaitu pada bulan Rajab tahun kesembilan, bertepatan dengan pertengahan musim panas. Dan pertengahn musim panas itu pula musim pemetikan terakhir dari kebun-kebun kurma. Sedang peperangan ini  diundurkan atau bertahan saja di madinah, tidak diserbu sebelum musuh itu dating, bahaya beasar lah ayang akan di  hadapi. Oleh sebab itu Rasulullah SAW yang sekali ini keluar dari kebiasaanya. Kebiasaan  kalau pergi perang tidak banyak cakap dan kemana tujuan disembunyikan saja. Mujahidin hanya disuruh taat dan ikut. Tapi kali ini Rasulullah SAW menyerukan berperang dengan terang-terang. Apalagi perjalanan kali ini  akan jauh, yaitubke Tabuk. Jarak anatar Tabuk dengan Madinah, ialah 14 marhalah ata8 14 perhentian. Dan jarak antara  Tabuk dengan Syam 11 perhentian. Dalam hitungan kilometer zaman sekarang jarak madinah dengan tabuk adalah 692 Km dan jarak Tabukdengan Syam ialah 610 AKm. Jarak Madinah dengan Damaskus adalah 1302 Km. lantaran itu maka Tabuk adalah di tengah-tengah anatar madinah dengan Damaskus.
Pada masa sulit itu para sahabat berlomba untuk mengatasi kesukaran yang akan dihadapi oleh orang Islam dalam perperang nanti. Melihat yang demikian  terharu Rasulullah SAW. Disamping itu ada pula golongan yang lemah hati, mengemukakan dalih. Yang banyak  istirahat bersenang diri, meresa berat diajak. Maka datanglah ayat-ayat ini, mengahardik orang-orang yang lemah iman itu. Membuka hati orang munafik. Ayat-ayat yang begitu tajam mengkritik bahwa simunafiklah yang menyebabkan bahwa surat ini bernama juga surat Al-fadhihah yang artinya membuka rahasia yang memberi malu kepada orang munafik.
wahai orang-orang yang beriman (pangkal ayat 38). Pangilan mulia kepada orang yang telah percaya kepada Tuhan, apabila mereka disuruh mengerjakan atau memikul beban yang berat dan melaksanakan suatu kewajiban: Gerangan apakah sebabnya jika dikatakan kepada kamu: berperanglah pada jalan Allah, kamu beratkan badan kamu kebumi ?. Panggilan perang, seruan memangul senjata menghadapi musuh, pengerahan menyusun barisan di Nafir. Dari sanalah diambil kalimat Nafiri buat nama dari terompet penyeru perang. Msekarang nafiri atau seruab itu telah sampai dari Rasul, mengapa kamu merasa keberatan, berat kamu mengangkat dirimu dari tempat dudukmu? Tidak segera tegak dan siap? Seakan-akan pinggulmu melekat pada bumi?.
Disini dipanggil tuahnya, yaitu seluruh orang yang beriman. Meskipun tidak semua merasa berat diri buat bengkit, namun dengan panggilan kepada orang-orang yang beriman itu, dengan sendirinya hilangah rasa keberatan, kalau masih ada dalam hati yang teguh iman, karena waktu itu memang sangat susah, musim panas, kurang belanja, musim memetik buah dan sebagainya. Tetapi orang yang lemah iman dan munafik niscaya dsangat terkena denga kritik yang tajam ini. Sebab nama panggilan iman telah diseur oleh Tuhan, tidak mungkin orang beriman terpengaruh oleh segala keberatan itu; Apakah kamu lebih suka hidup didunia daripada diakhirat?. Apakah yang menyebabkan kamu keberatan pergi? Adakah karena merasa enak duduk dirumah, atau karena keberatan pergi? Adakah karena merasa enak duduk dirumah, atau karena berat meninggalkan hasil kebun  yang tengah di petik? Padahal semuanya itu adalah dunia belaka? Sedang berjalan jihad menegakan agama Allah adalah karena menuju bahagia hidup di akhirat? : maka tidaklah ada bekal hidup didunia itu, terhadap akhirat, melainkan sedikit..
Segala yang menyebabkan kamu berat pergi itu hanyalah bekal didunia belaka. Rumah yang akan kamu tinggakan, kebun yang akan dipetik isinya, keenakan duduk dirumah bercengkrama dengan anak istri, semuanya itu hanyalah bekal hidup sementara, yang tidak ada artinya jika dibandingkan dengan nikmat Allah yang akan kamu terima diakhirat, karena taat dan patuh menjalankan perintah Allah.[2]

B.     Anjuran berteman dengan orang yang benar
a.      Ayat
Artinya:   Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
b.      Asbabun Nuzul
Kaab bin Malik belum pernah sekalipun absen dalam mengikuti jihad bersama Rasulullah SAW. Sebelum tabuk. Yakni perak yang terakhir dimasa kehidupan Rasulullah SAW, Kaab bin Malik hanya sekali absen dalam berperang Badar. Pada waktu perang Tabuk, Rasulullah mengizinkan kepada siapa saja yang ingin mengikuti Jihad.
Ayat 117-119 diturunkan berkenaan dengan kaab bin Malik yang tidak mengikuti jihad pada perang Tabuk. Ia diboikot oleh orang mukminin lantaran tidak hadir tersebut. Ayat-ayat ini diturut kan untuk memberikan ketegasan bahwa Kaab bin malik telah mendapat ampunan dari Allah SWT, sehingga kaum mukminin tidak lagi memboikotnya.
                                            (HR. Bukhari dari Kaab bin Malik)[3]
c.       Tafsir
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bertaqwalah kamu kepada Allah , dan takutlah kamu kepada Allah, dan takutlah kepada-Nya, dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang difardhukan, dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya. Dan jadilah kamu didunia tergolong orang-orang yang setia dan taat kepada-Nya niscaya di akhirat kamu tergolong orang-orang yang benar-benar masuk sorga. Dan janganlah kamu bergabung dengan orang orang munafik yang bercuci tangan dari dosa-dosa mereka dengan pengakuan dosa-dosa mereka, lalu memperkuatya dengan sumpah. [4]
Tidak ada rukhsah untuk berbohong kecuali tiga hal.
Al-Hakim telah mengeluarkan suatu riwayat dari Ibnu mas’ud dari Nabi saw, bahwa beliau telah bersabda:
Artinya :”sesungguhnya, dusta itu tidak patut dilakukan, baik baik kesungguhan maupun main-main. Dan jangan seorang laki-laki berjanji kepada anaknya kemudian tidak menunaikannya. Bacalah kalau kamu mau, wahai orang-orang yang beriman; takwalah kamu kepada Allah dan bergabunglah kamu bersama-sama orang-orang yang benar”
Memang tidak ada rukhsah untuk berkata bohong, kecuali karena darurat, misalnya dalam melakukan tipu daya ketika berperang atau mendamaikan dua orang yang bersangketa, seorang suami yang berkata bohong kepada istrinya untuk menyenangkan hatinya, maksudnya supaya hatinya senang dengan menyebutkan kebaikan-kebaikannya, atau suami menyatakan rida kepadanya. Jadi, bukan berbohong mengenai urusan rumah tangga, keluarga atau lainnya.
C.    Kesimpulan
Dalam ayat 38 surat at-Taubah diatas adalah ayat yang memerintahkan kepada orang yang lemah imannya untuk berperang dan membuka rahasia orang munafik.
Sedang dalam ayat 119 surat at-Taubah ini adalah ayat yang manganjurkan kepada kita agar selalu bekata, berbuat dan berteman dengan orang yang benar dalam kehidupan ini.


[1] A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Quran, PT. Grafindo persada, Jakarta: 2002, hal. 458
[2] Prof. DR. Hamka, Tafsir Al-Azar, PT Pustaka Pansimas, Jakarta: 1995, Juzu’ 10 hal. 212-213

[3] Prof. DR. Hamka, Tafsir Al-Azar, PT Pustaka Pansimas, Jakarta: 1995, Juzu’ 10 hal. 499
[4] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, PT Karya Toha Putra, Semarang : 1993, hal.76-78