MAKALAH
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
Tentang
ISLAM
DI ANDALUSIA
Di
Susun Oleh : Kelompok I
Marjohan
Hadidi : 409.253
Ahmad
Syaifullah : 409.129
Jukas
: 409. 065
Yulfan
Efendi 409.340
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada pemerintahan Bani Umaiyah islam telah
menyebar di berbagai Negara, termasuk di Andalusia (yang sekarang di kenal
dengan Spanyol)
Dalam bab ini akan
di jelaskan proses masuknya Islam ke Andalusia, yang meliputi :
1. Perkembangan
politk
2. Gerakan
pembebasan
3. Masa
keamiran
4. Masa
kekhalifahan
B. Tujuan
Di samping kita mengetahui sejarah masuknya
islam ke Andalusia dan perkembangannya, juga kita dapat mengetahui perjuangan
umat islam dalam menyebarkan ajaran agama islam.
Juga di harapkan kepada kita, agar dapat
mengambil hikmah dari perjuangan umat islam terdahulu dalam menyebarkan syariat
hingga sampai kepada kita.
BAB II
PEMBAHASAN
ISLAM DI ANDALUSIA
Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan
kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang
sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut,
menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah
di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah
mengalahkan Raja Roderic dari
Visigoth dalam Pertempuran Guadalete
( 711 M ), kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya
daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk
kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia
untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil
dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours
(732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus,
terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang
disebut sekarang.
A. Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh
seorang wali Yusuf Al-Fihri
(gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa
jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang
menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746
M, Yusuf Al-Fihri
memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak
terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah
di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756
M, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf
Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk
kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah
telah membunuh sebagian besar keluarganya.
Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan
yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung
Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya
menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas
seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya,
kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen,
sering mengalami naik-turun politik, itu tergantung kecakapan dari sang Amir
yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad
bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912
M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan
Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang
memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
B. Masa kekhalifahan
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam
pada zaman khalifah Al-Walid
Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat Islam
sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam
proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam
yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn
Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn
Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki
empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan
hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar
yang didukung oleh Musa ibn
Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab
yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah.
Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq
dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara
luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran
di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu
kota kerajaan
Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil
menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn
Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan
sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang.
Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah
yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn
Nushair Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam
gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu
pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota
yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah
berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville,
dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Gothic, Theodomir
di Orihuela,
ia bergabung dengan Thariq di Toledo.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa
sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd
al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran
ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan
Perancis Selatan.
Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah,
tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah.
Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan
dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara
kota Poiter dan Tours
itu ia ditahan oleh Charles Martel,
sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara
yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan,
seperti ke Avirignon
tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat
di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam
di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan
abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis
Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam
nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi
yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam,
kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan
menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam
beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang
dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama
lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan
dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya
diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam
situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
Berkenaan dengan itu Amer Ali,
seperti dikutip oleh Imamuddin
mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan
dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di
jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di
bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic.
Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada
penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan
pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur
tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak
coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan
Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat.
Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan
lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di
bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian
maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena
didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth,
perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah
dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu
daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat
perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut
terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi
pada masa pemerintahan Raja Roderick,
Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah
ketika Raja Roderick
memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza, yang
saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo,
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila,
kakak dan anak Witiza.
Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick.
Mereka pergi ke Afrika Utara dan
bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick
dengan Ratu Julian,
mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga
bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam
untuk menguasai Spanyol, Julian
bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan
Musa Rahimahumullah.
Hal
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick
yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat
perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan
kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu
kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para
prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri.
Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak
kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para
tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong
menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi
kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam
di sana.
C. Perkembangan Peradaban
Umat Islam di Spanyol telah mencapai
kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya
membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama
dalam hal kemajuan intelektual.
Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana.
Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan
kemudian membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur.
Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya
banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari :
- Komunitas-komunitas Arab
(Utara dan Selatan)
- Al-Muwalladun
(orang-orang Spanyol yang masuk Islam)
- Barbar (umat Islam
yang berasal dari Afrika Utara)
- Al-Shaqalibah (tentara
bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam)
- Yahudi
- Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab
- Kristen yang masih menentang
kehadiran Islam
Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Andalusia - Spanyol.
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu
lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke
Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M),
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi
saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang
filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir
tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli
fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
2. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik,
matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas
ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam
ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari
Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan
saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan
Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan
Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas
bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian
nama-nama besar dalam bidang sains.
3. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam
dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana
adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya
diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn
Hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol
Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki
Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu
yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan
juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang
Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn
Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali
al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan
kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid
karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam,
Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
wah, disini ada makalah sejarah juga..
BalasHapusXD